Waraqah Bin Naufal sahabat Rasulullah, berawal dari keingintahuan
saya tentang sosok pribadi seorang Waraqah Bin Naufal yang pertama kenal beliau
setelah menonton film paling inspiratif yang pernah di buat berjudul
"OMAR" yang merupakan kisah tentang sahabat Rasulullah Umar Ibnu
Khattab. dalam episode pertama, yaitu saat Rasulullah baru saja mendapatkan
wahyu dari Allah setelah menyendiri di Goa Hira (Jabal nur) orang yang di
jemput oleh Ali bin abu thalib adalah Waraqah Bin Naufal yang tidak lain sepupu
istri Rasulullah yakni Khadijah Ra.
Berikut kisah tentang siapa itu Waraqah Bin Naufal, yang saya
ambil dari beberapa sumber :
Sosok Waraqah bin Naufal (Film "OMAR")
Waraqah bin Naufal (Bahasa Arab ورقه بن نوفل)
adalah sepupu Khadijah istri Muhammad, salah satu orang yang pertama kali
memeluk Islam. Nama lengkapnya adalah Waraqah bin Nawfal bin Assad bin Abd
al-Uzza bin Qusayy Al-Qurashi.
Waraqah bin Naufal
adalah seorang pengikut setia ajaran Ibrahim, dia mempelajari Taurat dan Injil
(Golongan Hanif), keluarga mereka tidak ada yang menyembah berhala, membunuh
anak perempuan dengan cara mengubur mereka hidup-hidup. Mereka tidak mengikuti
tradisi jahiliyah tersebut. Kehidupan mereka di landasi kuat dengan ajaran
Ibrahim As.
Nenek moyang mereka
Qushay Al Quraisyh adalah pemegang kunci Ka’bah. Seluruh kendali Kota Makkah di
pegang oleh Qushay. Sejak didirikannya Makkah di tempat itu sudah ada
jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushay bin Kilab pada
pertengahan abad kelima Masehi. Pada waktu itu para pemuka Makkah berkumpul.
Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa’ dan qiyada dipegang semua
oleh Qushay.
Hijaba ialah penjaga
pintu Ka’bah atau yang memegang kuncinya.
Siqaya ialah
menyediakan air tawar – yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang
berziarah serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma.
Rifada ialah memberi
makan kepada mereka semua.
Nadwa ialah pimpinan
rapat pada tiap tahun musim.
Liwa’ ialah panji yang
dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang
menghadapi musuh, dan
qiyada ialah pimpinan
pasukan bila menuju perang. Jabatan-jabatan demikian itu di Mekah sangat
terpandang. Dalam masalah ibadat seolah pandangan orang-orang Arab semua
tertuju ke Ka’bah itu.
Demikian
jabatan-jabatan penting yang di pegang oleh Qushay al Quraisyh sebagai penerus
kebijakan Nabi Ibrahim sang pendiri Ka’bah bersama putranya Ismail AS.
Tradisi agama Ibrahim
yang kuat ini selalu di pegang teguh oleh keturunannya melalui Ismail sampai
kepada Nabi Muhammad SAW.
Waraqah bin Naufal
adalah seorang yang sangat menyukai ilmu agama, dia mempelajari Taurat dan
Injil, dua buah kitab yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Musa AS dan Nabi
Isa As. Ciri-ciri nabi yang akan di utus di tanah arab sudah di ketahui oleh
Waraqah bin Naufal. Hanya saja ketika nabi itu di utus kedua mata Waraqah sudah
buta, dan umur beliau sudah lanjut. Namun begitu beliau tidak tuli atau pekak.
Sejarah Waraqah ini
tidak lepas dengan sejarah turunnya wahyu pertama yang di terimah oleh nabi.
Istri nabi Siti Khadijah adalah seorang istri yang sangat mencintai suami. Di
tanah arab wanita ini di juluki At Thahirah (perempuan suci). Kecintaan beliau
terhadap suami (Rasulullah SAW) mengalahkan segalanya. Kepatuhan, kesantunan
dan kehormatan beliau terhadap nabi tidak ada tandingannya. Itulah sebabnya
nabi tidak punya istri selain Siti Khadijah saja ketika Khadijah masi hidup.
Jabal Nur atau di
kenal dengan Gua Hira adalah sebuah tempat mengasingkan diri yang di lakukan
oleh Rasul. Di tempat ini Rasulullah menerimah wahyu pertamanya pada bulan
Rahmadan tanggal 17. Wahyu pertama yang di terimah oleh nabi yaitu di dekap
oleh Jibril dengan sekeras-kerasnya, oleh sebabnya nabi susah bernafas, apa
lagi yang datang malam-malam begini bukan manusia, tentu akan timbul perasaan
khawatir (Kalau-kalau ajalnya lepas), jantung berdebar keras tidak menentu dan
tubuh gemetar bercucuran keringat walau malam begitu dingin.
Rasa Khawatir kalau
nyawanaya tidak akan lama lagi membuat beliau untuk mengambil keputusan untuk
pulang ke rumah yang jaraknya sekitar 6km dari Gua Hira (sekarang Jabal Nur).
Di rumah nabi menujuh ketempat tidur, dengan badan gemetar bercucuran keringat
dingin dan meminta kepada istrinya Khadijah untuk menyelimuti beliau.
Ketika Khadîdjah
melihat Beliau telah kembali seperti semula, ia pun mengajak Beliau pergi ke
tempat putera pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal, seorang yang bijak dan
menguasai kitab-kitab suci dan sangat pandai berbahasa ‘Ibrâni. Sesampainya di
sana Beliau pun menceritakan kepada Waraqah apa yang dialaminya di gua Hirâ’.
Waraqah sangat terkejut mendengar cerita itu, ia berkata kepada Beliau :
“Demi Allâh Yang
jiwa-ku di tangan-Nya, sesungguhnya engkau adalah Nabinya umat ini, dan
sesungguhnya yang datang kepada-mu itu adalah Namûs yang besar (Jibrîl) yang
pernah datang kepada Mûsâ. Sesungguhnya kaum-mu akan mendustakan-mu,
menyakiti-mu, mengusir-mu dan memerangi-mu”.
Diriwayatkan oleh Aisyah, “...Nabi kembali kepada Khadijah
disaat jantungnya berdetak dengan cepat. Lalu Khadijah membawanya kepada
Waraqah bin Naufal, seorang nasarah dan seorang pembaca Injil dalam bahasa
Arab. Waraqa bertanya (kepada nabi), ”Apa yang kamu lihat?” Di saat nabi
menceritakannya, Waraqah menjawab, “Itu adalah malaikat yang oleh Allah utus
kepada Musa. Andai aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku
akan mendukungmu sekuat tenaga.”
(HR. Bukhari)
Beliau amat terkejut
mendengar penuturan Waraqah, terutama sekali ucapan yang menyatakan bahwa
Beliau akan diusir oleh kaumnya. Karena Beliau mengetahui betul bagaimana
kedudukannya di hadapan kaum Quraisy yang selalu memanggil Beliau dengan
sebutan Al-Amîn. Bukankah hal itu menunjukkan betapa mulianya Beliau di hadapan
kaum Quraisy dan betapa percayanya mereka kepada Beliau ? Maka dengan rasa
heran yang besar Beliau bertanya kepada Waraqah :
“Apakah mereka
benar-benar akan mengusir aku ?”.
Dengan tegas Waraqah
menjawab :
“Benar, tidak ada
seorang pun yang datang dengan membawa — ajaran — seperti yang engkau bawa
melainkan ia pasti dimusuhi dan diperangi oleh manusia banyak”.
Lalu Waraqah
mengutarakan angan-angannya kepada Beliau, seandainya ia masih muda ia tentu
akan mendampingi Beliau menyebarkan risalahnya. Namun sayang, usianya ketika
itu sudah sangat tua dan tidak lama setelah itu ia pun wafat, sebagian orang
ketika itu ada yang meragukan Islâmnya Waraqah, namun Rasûlullâh saw.
menyanggah keraguan mereka, Beliau bersabda :
“Janganlah kalian mencela Waraqah, karena aku pernah melihatnya
memiliki sebuah atau dua-buah Surga”.
(H.R. Al-Hâkim. Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah oleh As-Syaikh
Al-Albânî jilid I no.: 405)
Setelah mendapatkan
penjelasan dari Waraqah, Beliau kembali dengan perasaan tenang ke rumahnya
bersama Khadîjah. Sekarang telah jelas bagi Beliau, bahwa yang datang pada
Beliau itu adalah wahyu dari Allâh, dan Beliau yakin bahwa wahyu itu akan
datang kembali kepadanya. Dan beliau sangat mengharapkan hal itu datang
secepatnya.
Tidak seperti yang
Beliau harapkan, ternyata wahyu berikutnya tertunda dalam waktu yang cukup lama
sehingga membuat Beliau kembali merasa takut. Dalam keadaan seperti itu, wahyu
pun datang kembali kepada Beliau, yang membuat Beliau kembali tenteram. Dan
sekarang hati Beliau benar-benar mantap, bahwa wahyu datang dari Allâh SWT,
bahwasanya Allâh telah memilihnya untuk membawa agama langit kepada umat
manusia dan mengembalikan agama-agama langit — yang dibawa oleh para utusan —
sebelumnya yang telah dikotori oleh tangan-tangan manusia kepada keasliannya.
Beliau sekarang telah
menjadi utusan Allâh dan Nabi yang dipilih-Nya untuk menyampaikan risalah Islâm
kepada seluruh umat manusia, untuk membebaskan dan membawa mereka dari belenggu
kekafiran, perbuatan syirik dan alam jahiliyyah kepada cahaya Imân, Tauhîd dan
Islâm.
Wallahu a`lam
#Sumber Fb : Majlis
Ta'lim "Langgar iJO"